INILAH.COM, Jakarta - Ruhut Poltak Sitompul beberapa hari terakhir kembali menjadi buah bibir. Pemicunya, pemecatan dirinya dari pengurus pusat Partai Demokrat dan pengusiran dirinya dari arena Silaturahmi Nasional (Silatnas) Partai Demokrat 14-15 Desember 2012 lalu.
Ruhut kontroversial. Khalayak sepakat dengan citra tersebut. Sepak terjangnya sebagai anggota DPR dan politisi Partai Demokrat tak sedikit telah menorehkan berbagai kontroversi dan polemik. Mulai saat jelang Pemilu 2009 lalu dengan pernyataan rasisnya, adu mulut di Pansus Angket Century dengan Gayus Lumbuun, serta seabrek polemik dari Ruhut.
Di internal Partai Demokrat, dia termasuk "die hard" Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam berbagai forum resmi di parlemen seperti rapat kerja dengan mitra kerja Komisi Hukum DPR, tak jarang Ruhut secara terbuka menunjukkan komitmen dukungan dan pujian kepada SBY. Sikap serupa juga menonjol saat menjadi anggota Panitia Angket Century DPR RI. Untuk soal ini, nyaris belum ada politisi Partai Demokrat yang menyamai Ruhut.
Tak ada kata takut. Itu pula kesan yang muncul. Elit-elit Partai Demokrat nyaris pernah 'dilawan' Ruhut Poltak Sitompul. Mulai Marzuki Alie, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, Nurhayati Assegaf termasuk Andi Nurpati. Banyak lagi elit Partai Demokrat pernah berurusan dengan Ruhut. Di sisi lain, banyak juga yang menuai keuntungan politik, di saat Ruhut 'menyerang' elit tertentu.
Terkait dengan kasus korupsi yang melanda sejumlah kader Partai Demokrat, sejak awal memang cenderung konsisten. Sejak awal dia meminta siapapun yang disebut Nazaruddin agar legowo mengundurkan diri dari posisinya di Partai Demokrat. "Agar partai ini tidak karam," kata Ruhut dalam sebuah kesempatan. Ia pun meminta agar Anas mundur sementara. Tujuannya elektabilitas dan citra partai agar terkerek kembali.
Sikap ini berlaku saat merespons kasus yang membelit Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng serta Anas Urbaningrum. Saat mengomentari penetapan Andi Mallarangeng sebagai tersangka, Ruhut pun membenarkan sikap dia selama ini. Nazarudin itu orang waras dan omongannya konsisten kok sejak dulu. Terbukti kan sejak dia pelarian di luar negeri sampai sekarang ini tetap tidak berubah. Dan semuanya sekarang terbukti, ujar Ruhut Sitompul.
Tanpa tedeng aling-aling. Itu pula kesan yang muncul dari Ruhut. Berbeda dengan politisi kebanyakan, Ruhut memiliki cara diplomasi blak-blakan dan apa adanya. Bahasa kiasan dan sindiran nyaris tak pernah muncul dari mulut Ruhut sebagaimana yang lazim dilakukan politisi lainnya.
Komunikasi Ruhut tak berbeda dengan Sutan Bathoegana. Meletup-letup dan apa adanya. Untuk soal ini, Sutan memiliki alasan saat merespons hiruk-pikuk kontroversi Gus Dur beberapa waktu lalu. Anas meminta maaf, namun Sutan enggan. Menurut Sutan, dirinya dengan Anas memiliki gaya berbeda. "Jangan samakan saya dengan Anas, dia Jawa aku Batak," kata Sutan.
Latar belakang Ruhut yang beretnis Batak bisa saja mempengaruhi gaya bicaranya sebagaimana yang dialami Sutan. Sikap apa adanya dan terbuka menjadi ciri khas Ruhut. Sikap ini seperti aneh di tengah tradisi politik nasional yang didominasi kultur Jawa yang menekankan sopan santun, unggah-ungguh, serta mendem jero.
Padahal, sikap seperti yang dilakukan Ruhut dalam konteks Partai Demokrat ini memiliki pijakan rasionalitasnya sendiri. Apa yang ia lakukan semata-mata untuk mengerek dan memperbaiki citra Partai Demokrat. Toh, selama ini semua elit Partai Demokrat pernah dikritik Ruhut.
Home »
Brita Utama
» Membaca Rasionalitas Logika Ruhut Sitompul
Membaca Rasionalitas Logika Ruhut Sitompul
Selasa, 25 Desember 2012 | 0 komentar
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar