Kuil suku Maya - Chichen Itza (Foto: Doaaraku)
MEXICO CITY - Penelitian mengenai peradaban suku Maya yang pernah berjaya ratusan tahun lalu, mengungkap temuan bahwa apa yang membuat peradaban Maya mundur ialah adanya perubahan iklim. Sehingga, dampak perubahan iklim menyebabkan kekeringan berkepanjangan.
Dilansir Scientificamerican, Senin (24/12/2012), kiamat suku Maya yang menyebutkan 21/12/2012 merupakan akhir dunia, telah terbukti tidak benar. Menurut kalender suku Maya, tanggal tersebut menunjukkan transisi baktun berikutnya, yakni nomor baktun 14.
Apa yang bisa diambil pelajaran dari studi peradaban suku Maya kuno ialah, adanya adaptasi yang dilakukan suku Maya di masa-masa kritisnya. Peradaban rumit suku Maya memiliki kota terkuat yang kemudian runtuh.
Hutan belantara di dataran Meksiko kemudian membungkus kembali pusat dan sisa peninggalan benda bersejarah suku Maya. Orang-orang suku Maya pun bertahan, mereka menjadi penduduk etnis di bagian Meksiko, Guatemala dan Belize.
Para penjajah dari Eropa tidak mengakhiri era berjayanya negara-kota suku Maya. Meskipun pada akhirnya, keturunan orang-orang Eropa yang kemudian datang dengan isu kiamat omong-kosong.
Penelitian menunjukkan, apa yang menyebabkan keruntuhan suku Maya adalah sesuatu yang lebih berbahaya, yakni perubahan iklim. Pergeseran pola cuaca membawa sedikit hujan dan peradaban Maya mampu mengatasi periode kering yang berkepanjangan.
Mengingat peradaban manusia modern saat ini juga kompleks ketika menghadapi perubahan iklim. Maka, apa yang telah dialami suku Maya bisa memberikan pelajaran untuk melihat sekilas masa depan peradaban modern.
Saat ini, banyak dari peninggalan suku Maya kuno yang tertampil dalam bentuk reruntuhan bangunan bersejarah mereka. Peneliti mengungkap bahwa manusia modern bisa belajar dari suku Maya, dan menghadapi perubahan iklim dengan lebih baik lagi. (fmh)
0 komentar:
Posting Komentar