TEMPO.CO, Semarang - Meski produksi gula di Jawa Tengah saat ini dipastikan meningkat hingga 290 ribu ton dari tahun lalu sebanyak 240 ribu ton, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tak kuasa menolak gula impor. »Biasanya importir Jakarta turunkan gula di Tanjung Emas, kami tak bisa menolak, nanti dikira tak NKRI,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah, Teguh Winarno, Senin, 3 Desember 2012.
Dia mengatakan, Dinas hanya bisa memberikan kebijakan tak membongkar muatannya saat pabrik gula di Jawa Tengah sedang memproduksi. Teguh menjelaskan, jumlah produksi gula ini akan terus meningkat karena saat ini masih terjadi proses produksi di sejumlah pabrik gula yang ada. »Terakhir berhenti giling pada 4 hingga 5 Desember, jadi saya yakin produksi gula akan bertambah,” ujarnya.
Pemerintah Jawa Tengah telah menargetkan swasembada gula pada 2013 dengan cara meningkatkan perluasan lahan hingga 67,5 ribu hektare, melakukan revitalisiasi pabrik gula, intensfikasi pemeliharaan tanaman, serta membangun harmonisasi hubungan antara pabrik dan petani tebu.
Menurut Teguh, kebutuhan gula di Jawa Tengah juga ditutup dengan gula tumbu, gula kelapa, dan gula aren yang produksinya di Jawa Tengah masing-masing mencapai 30 ribu ton, 20 ribu ton, dan 5.000 ton per tahun. »Keberadaan gula non-pasir ini bisa memenuhi kebutuhan pemanis di Jawa Tengah,” ujar Teguh.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Abdul Wahid, mengatakan produksi gula dalam negeri saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. »Sedangkan impor gula hanya untuk memenuhi kebutuhan industri,” ujar dia.
Berdasarkan catatannya, kebutuhan gula secara nasional mencapai 4,7 juta ton, sebanyak 2,1 juta ton di antaranya untuk kebutuhan industri. Ia mengatakan, kebijakan impor gula pada 2013 baru dibahas antara Mei dan Juni. »Nanti kami akan lihat hasil produksinya, kemudian baru menetapkan impor,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar